"Kakak, ayo cepetan bangun..langsung mandi, kita sudah kesiangan nih..", pagi-pagi yang cerah sudah dihebohkan oleh suara keributan istri yang teriak sana sini sambil sibuk membereskan perlengkapan si Kakak. Ya..hari ini, kita peringati sebagai Hari Kartini. Sebagai apresiasi terhadap perjuangan Ibu Kita Kartini, ditetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini. Sebutan Kartini saat ini sudah menjadi identik untuk kaum perempuan dan nggak ada salahnya juga saya menyebut kaum lelaki sebagai Kartono, bentuk emansipasi laki-laki (?)
Peringatan hari Kartini kali ini sudah dinanti oleh kedua Kartini yang menemani hari-hari kami, dua orang Kartono. Yup..Mama dan Kakak adalah dua orang Kartini dalam keluarga kami, sedang saya dan si Adek adalah Kartono yang menemani. Kakak yang duduk di TK kecil sudah punya agenda peringatan Hari Kartini tahun ini. Mamanya dengan antusias sudah mempersiapkan segala sesuatunya buat si Kartini kecil. Seharian kemarin Mama sibuk sekali mempersiapkan kostum yang akan dipakai si Kakak untuk peringatan hari Kartini di sekolah. Cukup heboh gonta-ganti kostum yang pas dan pemilihan dandanan buat si Kakak, kehebohan khas emak-emak. Kesibukan yang dilakukan sampai larut malam menjelang, sehingga menghasilkan efek kehebohan di pagi hari :)
"Papa, ayo cepetan panasin mobil, sudah telat ni kita, keburu acaranya selesai nanti..", dapat bagian kesemprot juga saya yang dari tadi tenang, senyam senyum sambil menikmati teh hangat, menunggu kedua Kartini yang masih heboh.
"Waduhh..malah masih asyik ngeteh sambil baca koran lagi..Papa gimana sih..!", belum selesei tegukan terakhir dengan gelas masih nempel di bibir, semprotan kedua mampir lagi. Waduhh..segera bergegas bergerak deh, sebelum istri pasang jet pump dengan semburan yang lebih kenceng lagi...hihiihi..
Segera kita tancap gas, meluncur ke agenda peringatan Hari Kartini-nya si Kakak. Pintu gerbang sekolah si Kakak sudah terlihat tidak jauh lagi di depan. Dengan pasti mobil meluncur masuk ke pintu gerbang...tapi..lho kok sepi ya? jangan-jangan acara sudah bubaran? Padahal nggak telat-telat banget ahh.. Sempet nengok memandang wajah Mama di sebelah yang masih bengong, mungkin lagi mikir, "waduhh...sia-sia sudah kerja keras buat dandan yang super duper ini..hikss.." Ganti melirik ke si Kakak, terlihat mata bulatnya yang lucu masih berbinar-binar. "Kakak, undangan dari bu Guru kemarin acaranya di mana?", saya coba interogasi si Kakak. "Lah, kan undangan sudah Kakak kasih ke Mama, lagian Kakak kan belum bisa mbaca..jadi nggak tau deh acaranya di mana, Papa ini gimana sih..!", si Kakak menjelaskan sambil protes keras. Giliran Mama yang salah tingkah, "Wah, iya...Mama lupa, acaranya kan bukan di sekolah, di Taman Hompimpa samping Mall itu lho Pa..", hahahaa...serempak saya dan Kakak tertawa bareng, di susul si Adek yang ikut-ikutan saja padahal belum tahu lucunya kenapa..:) Sebelum dapat semprotan berikutnya, langsung deh banting setir menuju TeKaPe.
Jalanan yang macet menjadi agenda harian untuk mencapai lokasi tersebut, menambah kegalauan di wajah dua Kartini yang sudah dandan habis-habisan :senyum. Menjelang lampu merah, pedal gas saya kurangi injakannya, kecepatan sedikit turun. "Sudah Pa, tancap gas lagi, keburu telat ntar ni..", Mama merasakan perubahan laju mobil dan mulai sewot lagi. "Kan bentar lagi merah Ma..", saya coba kasih argumen. "Sudah ahh..bablas aja..", Mama menambahkan dengan penuh tekanan. Sedikit bimbang walaupun akhirnya mutusin injak pedal lebih dalam, kebetulan pas banget nyala merah lampu di depan. Rem coba injak cuman sudah tanggung kondisinya, akhirnya menerobos lampu merah di detik terakhir.
"Pritt..prittt...!!", suara peluit terdengar dan terlihat seorang berseragam melambaikan tangan. "Yah...tu kan Ma..kena tilang deh..", saya coba bergumam pasrah. Istri saya coba berargumen dengan pak polisi dengan sengitnya. Saya coba menengahi, "Ma, sudahlah..kita kan emang salah. Ntar malah tambah telat lagi.. Pak polisi kita memang salah, sudah tilang saja, nanti saya urus pembayaran dendanya." Polisi kemudian memberikan slip biru untuk denda pelanggaran lalu lintas tadi. Kemudian kita lanjutkan lagi perjalanan, masih diiringi muka manyun Mama yang masih galau.
Matahari sudah semakin tinggi seiring lamanya perjalanan dan berbagai hambatan di sepanjang jalan. Dengan usaha keras akhirnya kita sampai di Taman Hompimpa. Dengan tidak sabar, Mama langsung menarik Kartini kecil dengan setengah berlari, melupakan keberadaan dua orang Kartono yang cuman bisa melongo. Pas masuk ke panggung acara, terdengar suara pembawa acara dari pengeras suara, "Nah, itu tadi adalah peserta terakhir lomba busana Kartini Cilik kali ini, beri tepuk tangan yang meriah buat peserta semuanya..." Suara tadi menghentikan langkah Mama yang belum sampai menginjakkan kaki di zona area lomba. Mama langsung balik badan sambil masih menarik tangan Kartini kecil yang jadi ikut kebingungan. "Sudah ayo Pa, mending kita pulang aja. Acara sudah selesai..semua kebablasan..!!"
@@@@@@
Tett...tott...kisah di atas semuanya hanyalah fiktif belaka, meski mengambil inspirasi dari tokoh-tokoh nyata dalam kehidupan kami, kisah Kartini yang kebablasan dalam arti harfiah, kebablasan bangun, kebablasan lampu marah, kebablasan acara peringatan Hari Kartini juga. Yup..dua orang Kartini tadi adalah tokoh nyata dalam kehidupan keluarga kami. Mama, seorang Kartini yang luar biasa bagi saya dan keluarga. Seorang SuperMom yang telah mendedikasikan diri sebagai wanita karier sekaligus pendamping saya sebagai kepala keluarga untuk saling mengisi dan melengkapi sehingga menghasilkan sebuah sinergi yang positif dalam kehidupan keluarga kami. Si Kakak, merupakan Kartini kecil, sorang SmartKid yang memberikan warna warni dalam cerahnya aura bermain dalam kehidupan keluarga kami. Mudah-mudahan kelak bisa menjadi penerus apa yang dicita-citakan Ibu Kita Kartini, asal..jangan kebablasan yah..:)
Selamat Hari Kartini buat seluruh wanita Indonesia..!!
Salam,
HUM
0 comments:
Post a Comment