Banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya pekan ini membuat lumpuh aktivitas warganya. Sedikit klise memang berbicara mengenai banjir yang melanda Ibu Kota ini yang berulang setiap tahun dan semakin parah pada siklus lima tahunannya. Saya tidak akan membahas masalah banjir dan solusinya karena memang sangat kompleks dan terus terang saya bukan ahli metadata urusan banjir ini :)
Minggu pagi seperti biasa diisi dengan aktivitas bersepeda santai menghirup hawa segar menyusuri perkampungan yang mulai kurang bersahabat dengan udara bersih karena sudah terkepung banyak pabrik di sekelilingnya. Gowes minggu pagi kali ini sedikit lain dari biasanya. Bersama rekan-rekan yang tergabung dalam komunitas sepeda CBC (Cikarang Baru Cycling), agenda pagi kali ini mengambil rute menyusuri tempat korban bencana banjir. Dengan titik kumpul di pertigaan Movieland Cikarang Baru, start jam 6 pagi lebih kita mulai menyusuri rute ke arah saluran irigasi Kalimalang dan menyebrang ke kolong tol Jakarta-Cikampek menuju lokasi banjir di pinggir sungai Ci Beet. Ci Beet adalah anak sungai Ci Tarum yang menjadi batas alami antara Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang. Ci Beet merupakan salah satu sungai yang memasok air ke saluran irigasi Tarum Barat atau biasa disebut Kalimalang. Daerah yang terkena dampak meluapnya sungai Ci Beet ini hanya berjarak sekitar 15 km dari tempat tinggal kita dan rute “kolong tol” ini merupakan salah satu rute jarak dekat favorit goweser. Di kolong tol ini biasa dijadikan tempat istirahat sejenak sambil makan minum di warung-warung yang berada di situ. Tapi pada pagi ini tidak bisa kita jumpai lagi para penjual yang biasa mangkal di situ, hanya tersisa bekas-bekas warung mereka. Hempasan luapan banjir membuat semua hanya tinggal cerita.
Banjir yang melanda daerah ini pada hari Jum’at sebelumnya mencapai ketinggian lebih dari 2 meter yang membuat warga harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi. Pilihan tempat pengungsian mereka adalah tepat di pinggir jalan tol Jakarta-Cikampek Km 40. Tenda-tenda darurat didirikan warga dibantu aparat di rerumputan sepanjang jalan tol. Kami menyusuri jalanan yang penuh lumpur sisa banjir untuk mencapai lokasi posko pengungsian. Air yang sudah surut membuat warga sudah bisa mulai membersihkan rumah dan perabotan dari sisa-sisa banjir. Kalau biasanya teman-teman CBC sengaja cari jalan off road yang sedikit menantang dari yang masih gowesable sampai dengan yang bikin gowes sebel :D, kali ini tidak perlu nyari rute off road karena di sepanjang jalan di tengah perkampungan penuh dengan lumpur sisa banjir. Agenda ‘blusukan’ ini sudah kita lakukan jauh hari sebelum JokoWi ‘blusukan’ di pelosok ibu kota :)
Sempat ngobrol dengan beberapa warga yang tengah bersih-bersih rumah tentang kondisi terakhir di pengungsian dan kebutuhan bahan bantuan. Kondisinya memang cukup memprihatinkan. Meski terlihat sembako dan bahan makanan lain di tenda pengungsian, tapi mereka lebih membutuhkan makanan siap saji karena cukup kesulitan untuk tempat masak dan mempersiapkan makanan. Belum lagi kondisi pakaian yang basah dan kotor, hujan yang melanda sepanjang hari membuat persediaan pakaian bersih semakin dibutuhkan. Kondisi cuaca yang dingin juga stamina yang terkuras membuat rentan terhadap sakit, terutama balita dan orang lanjut usia.
Di posko pinggir jalan tol Jakarta-Cikampek Km 40 ini ada sekitar 85 kepala keluarga atau sekitar 250 orang yang membutuhkan bantuan. Bantuan tenda dari aparat kepolisian dan air bersih dari PDAM cukup membantu aktivitas para pengungsi ini. Kita sempat ngobrol dengan pak Daman, ketua RT yang sekaligus koordinator di pengungsian tersebut. Dengan berbekal informasi dari pak RT dan melihat langsung kondisi di lokasi, sekitar jam 9 pagi kita kemudian memutuskan untuk balik ke base camp sambil koordinasi dengan rekan-rekan yang tidak ikut gowes pagi itu untuk penggalangan dana dan bantuan bagi korban banjir tadi. Kontak via telepon dan group di jejaring sosial mempercepat koordinasi.
Sekitar 250 nasi bungkus, minuman, obat-obatan dan pakaian pantas pakai sudah siap sekitar jam 11 siang, koordinasi yang cepat dan sigap dari teman-teman CBC. Melihat kondisi lapangan kita rencanakan mengirimkan bantuan dengan mobil via jalan tol. Sengaja duo krucil saya ajak serta bareng mamanya untuk ikutan bareng teman-teman CBC menuju lokasi posko banjir. Ikut bersimpati dan berempati terhadap orang yang sedang mengalami kesusahan bisa mulai kita sampaikan sejak dini pada anak-anak. Sepanjang jalan si Kakak serius mendengarkan cerita saya tentang lokasi pengungsian, bagaimana kondisi anak-anak seusianya yang tetap ceria bermain meski sedang dalam kondis yang kurang bagus. Si Adik yang belum mau sekolah cuma ikut manggut-manggut melihat ekspresi serius si Kakak.
Jam 12 siang lewat dua mobil yang membawa bantuan tiba di lokasi disambut oleh pak Daman dan warga yang segera ikut membongkar bahan bantuan. Gowes kali ini meski harus balik kucing (rute pulang = berangkat) cukup membawa kesan dan bermakna bagi saya. Bantuan kecil yang kita lakukan hari ini ternyata sangat membantu para pengungsi korban banjir. Semoga semua bisa segera pulih normal seperti sedia kala dan warga bisa kembali beraktivitas lagi. Tidak usah menunggu pemerintah untuk mengatasi bencana ini, cukup dimulai dari masing-masing kita untuk lebih peduli dengan sesama dan lingkungan. Bumi dan lingkungan ini adalah anugrah dari sang Maha Kuasa untuk kita dan anak cucu kita. Tidak perlu menghemat atau membatasi diri untuk memanfaatkan energi yang ada di dalamnya, tapi saatnya kita untuk berpikir mengubah menjadi energi yang terbarukan. Ingat..energi tidak dapat diciptakan atau pun dimusnahkan, energi hanya bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Tidak perlu membakar bensin untuk bepergian dengan kendaraan bermotor, cukup bakar lemak dengan gowes bersama kita dan membantu sesama…setuju..?! :)
Salam Gowes,
It's All About Bicycle |
0 comments:
Post a Comment