Saya lagi nggak pengen mbahas masalah harga BBM atau sembako atau tarif si AA yang suka naik turun #ehh. Maksudnya gini, saya heran dengan orang-orang berduit tu...naiknya mobil ber merek... Alparat.. Mbelgesdes yo ben...biemdabelyu...tapi kok ngantrinya beli premium. Ngeluh harga petromax mahal. Apa ndak bisa berhitung apa ya..? 1 liter sekarang harganya cuma 8.700, kalau belum naik. Coba bandingin musti keluar duit 50 jt cuman dapet brp mili liter tu sama si AA #nyengir
Cukup..! Sekarang yang serius ya.. Baiklah. Jadi begini, kemarin bini cerita habis ngisi bensin penuh buat mobilnya habis 450 ribu. Saya tanyain, " Yakin bayar segitu?" Dengan mantab bini njawab, " Yakin lah..lha wong duit di dompet ya cuman segitunya..ni habis tinggal marebuan.." sautnya sambil nyodorin dompet yang sobek sana sini penuh sesak kartu kagak jelas. Hmm..yang saya pikirkan nggak se-simple istri saya. Dalam hitungan cepat di kepala coba kalkulasi. Coba kita hitung, 450.000/7.400 = 60,8108108 liter (hebat juga itungan cepat kepala di luar ini ya..? Sampek dapet berapa digit belakang koma gitu.. :D). Sedang kapasitas tangki si Vina mobilnya istri, menurut spesifikasi di buku panduan pemilik kendaraan cuma 52,4 liter, luber-luber tu bensin mestinya. Ada apa ini..? Apa yang sebenarnya telat terjadi?
Berbagai asumsi bermunculan di kepala. Dicurangi tukang pom bensin? Bisa iya bisa tidak. Kalau Mas Anang sih Yes...Tapi tak begini.. Kau khianati hati ini.. Kau curangi aku..#gubrak Sayangnya istri tidak menyimpan bon pembelian bensin itu, meski yakin dengan jumlah nominal yang dibayarkan (nggak yakin juga sih saya mah sama ingatan istri). Analisa lain mungkin keliru ngisi pertamax? Coba hitung cepat lagi, 450.000/8.700 = 51,7241379 liter. Nah, ini angka mendekati kapasitas maksimal tangki, meski kalau bener mesti ngisi segitu, artinya isi bensin sebelumnya di dalam tangki hanya tersisa 0,6758621 liter..!! Nggak masuk akal sih kalau saya yang bawa mobil, nyisain isi tangki sampai hampir ludes gitu :D
Oke..lupakan angka-angka perhitungan dengan sekian koma di belakang tadi, bikin pusing pala berbi saja. Yang saya coba pikirkan adalah bagaimana seandainya istri saya minta bon ke tukang pom bensin dan berhenti sejenak untuk memeriksa angka-angka kalkulasi di atas. Common sense dan logika kasar cukup untuk melihat kejanggalan yang mungkin terjadi. Jadi kan kita tidak perlu berasumsi seperti analisa di atas.
Memang kelihatannya sebuah hal yang sepele, hanya secarik kertas kecil bon pembelian bensin yang orang seringkali abaikan, tapi ini menurut saya menjadi penting. Efek positifnya tentu dengan minta bon kita tidak jadi tercurangi oleh ulah SPBU maupun oknum nakal di pom bensin itu. Lebih jauh lagi, kita bisa mencegah atau menutup potensi kecurangan yang bisa dilakukan oleh SPBU ataupun oknumnya. Nilai manipulasi mungkin bagi sebagian orang dianggap kecil. Tapi yang menjadi point adalah bahwa ini masalah mental karena ada peluang dan kesempatan.
Hal lain yang pernah saya jumpai dan mungkin sudah menjadi praktek umum adalah jual beli bon pembelian bensin. Mungkin ada yang berpikir aneh, bagaimana caranya..? Beberapa kali saya jumpai sopir pribadi atau perusahaan ketika selesai isi bensin yang menanyakan ada bon pembelian lain nggak? Tentunya yang nilainya lebih besar dibanding yang dia isikan ke mobil perusahaan atau bosnya. Korupsi dan kolusi antara sopir dan oknum SPBU ini tentu tidak terjadi jika setiap pelanggan selalu minta bon pembelian setiap habis isi BBM.
Melihat kenyataan dan kondisi di lapangan seperti itu, saya pribadi selalu mengingatkan mulut ini untuk minta bon pembelian ke petugas SPBU setiap kali isi BBM, selain juga sebagai catatan boros tidaknya pemakaian BBM selama periode itu. Cukup simple dengan mengkalkulasi berapa kilometer jarak tempuh dibanding berapa liter isi BBM full tank. Jadi hampir selalu saya isi BBM full tank, jika dompet ada isinya tentunya. #mringis. Boleh juga kemudian kita kumpulin bon pembelian tadi, siapa tahu nanti ada program beli 10 kali gratis 1 kali full tank. #ngarep
Sedikit berandai-andai kemungkinan penggunaan teknologi untuk meminimalisir atau bahkan meniadakan potensi penyalahgunaan oleh oknum SPBU ini. Dengan teknologi saat ini bisa saja pembelian BBM ini terintegrasi dengan akun bank kita. Jadi dengan menggunakan kartu kredit maupun debit untuk pembelian. Bon atau struk pembelian juga tidak perlu dicetak, bisa langsung dengan notifikasi SMS atau email yang bisa kita lihat informasinya saat itu juga. Jadi selain menghindari tindakan manipulasi tadi juga selaligus menerapkan konsep go green, paperless.
Jadi mulai sekarang, yuk kita selalu minta bon pembelian setiap kali isi BBM. Hal kecil sepele tapi bisa menumbuhkan dan menjaga sikap mental jujur dari kita, masyarakat, rakyat Indonesia. Revolusi mental kata mas Joko..#nyengir
Salam,
0 comments:
Post a Comment